Muhammad
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Muhammad
(bahasa Arab: محمد, juga dikenal sebagai Mohammad, Mohammed, dan
kadang-kadang oleh orientalis Mahomet, Mahomed) adalah pembawa ajaran
Islam, dan diyakini oleh umat Muslim sebagai nabi Allah (Rasul) yang
terakhir. Menurut biografi tradisional Muslimnya (dalam bahasa Arab
disebut sirah), ia lahir sekitar tahun 570 di Mekkah (atau "Makkah") dan
wafat pada 8 Juni 632 di Madinah. Kedua kota tersebut terletak di
daerah Hejaz (Arab Saudi saat ini).
"Muhammad" dalam bahasa Arab
berarti "dia yang terpuji". Muslim mempercayai bahwa ajaran Islam yang
dibawa oleh Muhammad S.A.W adalah penyempurnaan dari agama-agama yang
dibawa oleh nabi-nabi sebelumnya. Mereka memanggilnya dengan gelar
Rasulullah (رسول الله), dan menambahkan kalimat sallallaahu alayhi
wasallam (صلى الله عليه و سلم, yang berarti "semoga Allah memberi
kebahagiaan dan keselamatan kepadanya"; sering disingkat "S.A.W")
setelah namanya. Selain itu Al-Qur'an dalam Surat Ash Shaff (QS 61:6)
menyebut Muhammad dengan nama "Ahmad" (أحمد), yang dalam bahasa Arab
juga berarti "terpuji".
Michael H. Hart, dalam bukunya The 100,
menetapkan Muhammad sebagai tokoh paling berpengaruh sepanjang sejarah
manusia. Menurut Hart, Muhammad adalah satu-satunya orang yang berhasil
meraih keberhasilan luar biasa baik dalam hal agama maupun hal duniawi.
Dia memimpin bangsa yang awalnya terbelakang dan terpecah belah, menjadi
bangsa maju yang bahkan sanggup mengalahkan pasukan Romawi di medan
pertempuran.[1]
Genealogi
Silsilah
Muhammad dari kedua orang tuanya kembali ke Kilab bin Murrah bin Ka'b
bin Lu'ay bin Ghalib bin Fihr (Quraish) bin Malik bin an-Nadr (Qais) bin
Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah (Amir) bin Ilyas bin Mudar bin Nizar
bin Ma`ad bin Adnan.[2] Dimana Adnan merupakan keturunan laki-laki ke
tujuh dari Ismail bin Ibrahim, yaitu keturunan Sam bin Nuh.[3]
Riwayat
Kelahiran
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Maulud Nabi Muhammad
Para
penulis sirah (biografi) Muhammad pada umumnya sepakat bahwa ia lahir
di Tahun Gajah, yaitu tahun 570 M. Muhammad lahir di kota Mekkah, di
bagian Selatan Jazirah Arab, suatu tempat yang ketika itu merupakan
daerah paling terbelakang di dunia, jauh dari pusat perdagangan, seni,
maupun ilmu pengetahuan. Ayahnya, Abdullah[4], meninggal dalam
perjalanan dagang di Yastrib, ketika Muhammad masih dalam kandungan. Ia
meninggalkan harta lima ekor unta, sekawanan biri-biri dan seorang budak
perempuan bernama Ummu Aiman yang kemudian mengasuh Nabi.[3]
Pada
saat Muhammad berusia enam tahun, ibunya Aminah binti Wahab mengajaknya
ke Yatsrib (Madinah) untuk mengunjungi keluarganya serta mengunjungi
makam ayahnya. Namun dalam perjalanan pulang, ibunya jatuh sakit.
Setelah beberapa hari, Aminah meninggal dunia di Abwa' yang terletak
tidak jauh dari Yatsrib, dan dikuburkan di sana.[2] Setelah ibunya
meninggal, Muhammad dijaga oleh kakeknya, 'Abd al-Muththalib. Setelah
kakeknya meninggal, ia dijaga oleh pamannya, Abu Thalib. Ketika inilah
ia diminta menggembala kambing-kambingnya disekitar Mekkah dan kerap
menemani pamannya dalam urusan dagangnya ke negeri Syam (Suriah, Libanon
dan Palestina).
Hampir semua ahli hadits dan sejarawan sepakat
bahwa Muhammad lahir di bulan Rabiulawal, kendati mereka berbeda
pendapat tentang tanggalnya. Di kalangan Syi'ah, sesuai dengan arahan
para Imam yang merupakan keturunan langsung Muhammad, menyatakan bahwa
ia lahir pada hari Jumat, 17 Rabiulawal; sedangkan kalangan Sunni
percaya bahwa ia lahir pada hari Senin, 12 Rabiulawal atau (2 Agustus
570M).[3]
Masa remaja
Dalam
masa remajanya, diriwayatkan bahwa Muhammad percaya sepenuhnya dengan
keesaan Tuhan. Ia hidup dengan cara amat sederhana dan membenci
sifat-sifat angkuh dan sombong. Ia menyayangi orang-orang miskin, para
janda dan anak-anak yatim serta berbagi penderitaan dengan berusaha
menolong mereka. Ia juga menghindari semua kejahatan yang biasa di
kalangan bangsa Arab pada masa itu seperti berjudi, meminum minuman
keras, berkelakuan kasar dan lain-lain, sehingga ia dikenal sebagai
As-Saadiq (yang benar) dan Al-Amin (yang terpercaya). Ia senantiasa
dipercayai sebagai penengah bagi dua pihak yang bertikai di kampung
halamannya di Mekkah.
Kerasulan
Gua
Hira tempat pertama kali Muhammad memperoleh wahyuMuhammad dilahirkan
di tengah-tengah masyarakat terbelakang yang senang dengan kekerasan dan
pertempuran. Ia sering menyendiri ke Gua Hira', sebuah gua bukit dekat
Mekah, yang kemudian dikenali sebagai Jabal An Nur karena bertentangan
sikap dengan kebudayaan Arab pada zaman tersebut. Di sinilah ia sering
berpikir dengan mendalam, memohon kepada Allah supaya memusnahkan
kekafiran dan kebodohan.
Pada suatu malam, ketika Muhammad sedang
bertafakur di Gua Hira', Malaikat Jibril mendatanginya. Jibril
membangkitkannya dan menyampaikan wahyu Allah di telinganya. Ia diminta
membaca. Ia menjawab, "Saya tidak bisa membaca". Jibril mengulangi tiga
kali meminta agar Muhammad membaca, tetapi jawabannya tetap sama.
Akhirnya, Jibril berkata:
"Bacalah
dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan manusia dari segumpal
darah. Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang Maha Pemurah, yang mengajar
manusia dengan perantaraan (menulis, membaca). Dia mengajarkan kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya."
Ini merupakan wahyu pertama
yang diterima oleh Muhammad. Ketika itu ia berusia 40 tahun. Wahyu
turun kepadanya secara berangsur-angsur dalam jangka waktu 23 tahun.
Wahyu tersebut telah diturunkan menurut urutan yang diberikan Muhammad,
dan dikumpulkan dalam kitab bernama Al Mushaf yang juga dinamakan
Al-Quran (bacaan). Kebanyakan ayat-ayatnya mempunyai arti yang jelas,
sedangkan sebagiannya diterjemahkan dan dihubungkan dengan ayat-ayat
yang lain. Sebagian ayat-ayat adapula yang diterjemahkan oleh Muhammad
sendiri melalui percakapan, tindakan dan persetujuannya, yang terkenal
dengan nama As-Sunnah. Al-Quran dan As-Sunnah digabungkan bersama
merupakan panduan dan cara hidup bagi "mereka yang menyerahkan diri
kepada Allah", yaitu penganut agama Islam.
Selama tiga tahun
pertama, Muhammad hanya menyebarkan agama terbatas kepada teman-teman
dekat dan kerabatnya. Kebanyakan dari mereka yang percaya dan meyakini
ajaran Muhammad adalah para anggota keluarganya serta golongan
masyarakat awam, antara lain Khadijah, Ali, Zayd dan Bilal. Namun pada
awal tahun 613, Muhammad mengumumkan secara terbuka agama Islam. Banyak
tokoh-tokoh bangsa Arab seperti Abu Bakar, Utsman bin Affan, Zubair bin
Al Awwam, Abdul Rahman bin Auf, Ubaidillah bin Harits, Amr bin Nufail
masuk Islam dan bergabung membela Muhammad.
Akibat halangan dari
masyarakat jahiliyyah di Mekkah, sebagian orang Islam disiksa, dianiaya,
disingkirkan dan diasingkan. Penyiksaan yang dialami hampir seluruh
pengikutnya membuat lahirnya ide berhijrah (pindah) ke Habsyah. Negus,
raja Habsyah, memperbolehkan orang-orang Islam berhijrah ke negaranya
dan melindungi mereka dari tekanan penguasa di Mekkah. Muhammad sendiri,
pada tahun 622 hijrah ke Madinah, kota yang berjarak sekitar 200 mil
(320 km) di sebelah Utara Mekkah.
Hijrah ke Madinah
Di
Mekah terdapat Ka'bah yang telah dibangun oleh Nabi Ibrahim a.s.
Masyarakat jahiliyah Arab dari berbagai suku berziarah ke Ka'bah dalam
suatu kegiatan tahunan, dan mereka menjalankan berbagai tradisi
keagamaan mereka dalam kunjungan tersebut. Muhammad mengambil peluang
ini untuk menyebarkan Islam. Di antara mereka yang tertarik dengan
seruannya ialah sekumpulan orang dari Yathrib (dikemudian hari berganti
nama menjadi Madinah). Mereka menemui Muhammad dan beberapa orang Islam
dari Mekkah di suatu tempat bernama Aqabah secara sembunyi-sembunyi.
Setelah menganut Islam, mereka lalu bersumpah untuk melindungi Islam,
Rasulullah (Muhammad) dan orang-orang Islam Mekkah.
Tahun
berikutnya, sekumpulan masyarakat Islam dari Yathrib datang lagi ke
Mekkah. Mereka menemui Muhammad di tempat mereka bertemu sebelumnya.
Abbas bin Abdul Muthalib, yaitu pamannya yang saat itu belum menganut
Islam, turut hadir dalam pertemuan tersebut. Mereka mengundang
orang-orang Islam Mekkah untuk berhijrah ke Yathrib. Muhammad akhirnya
setuju untuk berhijrah ke kota itu.
Mengetahui bahwa banyak
masyarakat Islam berniat meninggalkan Mekkah, masyarakat jahiliyah
Mekkah berusaha menghalang-halanginya, karena beranggapan bahwa bila
dibiarkan berhijrah ke Yathrib, orang-orang Islam akan mendapat peluang
untuk mengembangkan agama mereka ke daerah-daerah yang lain. Setelah
berlangsung selama kurang lebih dua bulan, masyarakat Islam dari Mekkah
pada akhirnya berhasil sampai dengan selamat ke Yathrib, yang kemudian
dikenal sebagai Madinah atau "Madinatun Nabi" (kota Nabi).
Di
Madinah, pemerintahan (kalifah) Islam diwujudkan di bawah pimpinan
Muhammad. Umat Islam bebas beribadah (shalat) dan bermasyarakat di
Madinah. Quraish Makkah yang mengetahui hal ini kemudian melancarkan
beberapa serangan ke Madinah, akan tetapi semuanya dapat diatasi oleh
umat Islam. Satu perjanjian damai kemudian dibuat dengan pihak Quraish.
Walaupun demikian, perjanjian itu kemudian diingkari oleh pihak Quraish
dengan cara menyerang sekutu umat Islam.
Penaklukan Mekkah
Pada
tahun ke-8 setelah berhijrah ke Madinah, Muhammad berangkat kembali ke
Makkah dengan pasukan Islam sebanyak 10.000 orang. Penduduk Makkah yang
khawatir kemudian setuju untuk menyerahkan kota Makkah tanpa perlawanan,
dengan syarat Muhammad kembali pada tahun berikutnya. Muhammad
menyetujuinya, dan ketika pada tahun berikutnya ia kembali maka ia
menaklukkan Mekkah secara damai. Muhammad memimpin umat Islam menunaikan
ibadah haji, memusnahkan semua berhala yang ada di sekeliling Ka'bah,
dan kemudian memberikan amnesti umum dan menegakkan peraturan agama
Islam di kota Mekkah.
Pernikahan
Selama
hidupnya Muhammad menikahi 11 atau 13 orang wanita (terdapat perbedaan
pendapat mengenai hal ini). Pada umur 25 Tahun ia menikah dengan
Khadijah, yang berlangsung selama 25 tahun hingga Khadijah wafat.[5]
Pernikahan ini digambarkan sangat bahagia,[6][7] sehingga saat
meninggalnya Khadijah (yang bersamaan dengan tahun meninggalnya Abu
Thalib pamannya) disebut sebagai tahun kesedihan.
Kaligrafi
Muhammad dalam bentuk yang lebih sederhanaSepeninggal Khadijah, Muhammad
disarankan oleh Khawla binti Hakim, bahwa sebaiknya ia menikahi Sawda
binti Zama (seorang janda) atau Aisyah (putri Abu Bakar, dimana Muhammad
akhirnya menikahi keduanya. Kemudian setelah itu Muhammad tercatat
menikahi beberapa wanita lagi sehingga mencapai total sebelas orang,
dimana sembilan diantaranya masih hidup sepeninggal Muhammad. Para ahli
sejarah antara lain Watt dan Esposito berpendapat bahwa sebagian besar
perkimpoian itu dimaksudkan untuk memperkuat ikatan politik (sesuai
dengan budaya Arab), atau memberikan penghidupan bagi para janda (saat
itu janda lebih susah untuk menikah karena budaya yang menekankan
perkimpoian dengan perawan).[8]
Status dari beberapa istri
Muhammad menjadi sumber perdebatan dalam sejarah. Maria al-Qibtiyya
dikatakan seorang budak atau seorang budak yang dibebaskan. Di sisi lain
terdapat perdebatan tentang umur Aisyah saat dinikahi. Sebagian besar
referensi (termasuk sahih Bukhari dan sahih Muslim) menyatakan bahwa
upacara perkimpoian tersebut terjadi diusia enam tahun, dan Aisyah
diantarkan memasuki rumah tangga Muhammad sejak umur sembilan tahun.
[9][10][11] Sementara pada hadits lainnya dikatakan Aisyah pada umur
belasan tahun saat itu.
Aisyah Lahir sebelum Muhammad
diangkat sebagai nabi(610), Perbedaan umur Aisyah dan Fatimah adalah
sekitar 5 tahun. Fatimah lahir pada saat Ka'bah sedang dibangun(605).
Maka diperkirakan Aisyah dipinang oleh Muhammad pada usia sekitar 12-15
tahun, setelah Khadijah wafat(622).
Terdapat perbedaan
pemahaman mengenai istilah "memasuki rumah tangga" Muhammad, sebagaimana
yang dinyatakan dalam hadits-hadits sahih tersebut. Umumnya umat Islam
berpendapat bahwa perlakukan Aisyah sebagai istri terjadi saat ia sudah
mengalami menstruasi. Pendapat lain mengatakan bahwa perdebatan mengenai
umur Aisyah yang terjadi pada abad ke-7, yaitu saat praktik pernikahan
dengan anak adalah tradisi umum yang juga pernah terjadi di India, China
dan bahkan Eropa, yang kemudian dibawa ke abad modern sehingga telah
keluar dari konteks. Terlepas dari perdebatan tersebut, tidak didapatkan
informasi lain tentang umur pasti Aisyah saat menikah.
Perbedaan dengan nabi dan rasul terdahulu
Dalam
mengemban misi dakwahnya, umat Islam percaya bahwa Muhammad diutus
Allah untuk menjadi Nabi bagi seluruh umat manusia (QS. 34 : 28),
sedangkan nabi dan rasul sebelumnya hanya diutus untuk umatnya
masing-masing (QS 10:47, 23:44) seperti halnya Nabi Musa yang diutus
Allah kepada kaum Bani Israil.
Sedangkan persamaannya dengan nabi
dan rasul sebelumnya ialah sama-sama mengajarkan Tauhid, yaitu
kesaksian bahwa Tuhan yang berhak disembah atau diibadahi itu hanyalah
Allah (QS 21:25).
Kronologi Kehidupan Muhammad
Tanggal dan lokasi penting dalam hidup Muhammad:
569 Meninggalnya ayah, Abdullah
570 Tanggal lahir (perkiraan), 20 April: Makkah
570 Tahun Gajah, gagalnya Abrahah menyerang Mekkah
576 Meninggalnya ibu, Aminah
578 Meninggalnya kakek, Abdul Muthalib
583 Melakukan perjalanan dagang ke Suriah
595 Bertemu dan menikah dengan Khadijah
610 Wahyu pertama turun: Makkah
610 Ditunjuk sebagai Nabi: Makkah
613 Memulai menyebarkan Islam kepada umum: Makkah
614 Mendapatkan pengikut: Makkah
615 Hijrah pertama ke Habsyah
616 Boikot Quraish terhadap Bani Hasyim dan Muhammad mulai
619 Boikot Quraish terhadap Bani Hasyim dan Muhammad selesai
619 Tahun kesedihan: Khadijah dan Abu Thalib meninngal
620 Isra' dan Mi'raj
621 Bai'at Aqabah pertama
622 Bai'at Aqabah kedua
622 Hijrah ke Madinah
624 Pertempuran Badar
624 Pengusiran Bani Qaynuqa
625 Pertempuran Uhud
625 Pengusiran Bani Nadir
626 Penyerangan ke Dumat al-Jandal: Suriah
627 Pertempuran Khandak
627 Penghancuran Bani Quraizhah
628 Perjanjian Hudaybiyah
628 Melakukan umrah ke Ka'bah
628 Pertempuran Khaybar
629 Melakukan ibadah haji
629 Pertempuran Mu'tah
630 Pembukaan Kota Makkah
630 Pertempuran Hunain
630 Pendudukan Thaif
631 Menguasai sebagian besar Jazirah Arab
632 Pertempuran Tabuk
632 Haji Wada'
632 Meninggal (8 Juni): Madinah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar